Diet Rendah Lemak Tidak Turunkan Risiko Diabetes Pada Wanita Lansia - Demikian hasil studi Women’s Health Initiative Dietary Modification Trial. Meskipun demikian, diantara badan selama periode studi 8 tahun, subyek yang mengalami diabetes lebih sedikit.
Dr. Lesley F.Tinker dkk dari Fred Hutchinson Cancer Research Center, seatlle, menyatakan bahwa berat badan lebih merupakan prediktor dominan untuk mengurangi risiko diabetes dibanding komposisi makronutrien. Tim peneliti ini menaganalisis data hampir 46.000 perempuan usia 50-79 taun ( rata-rata usia 62 tahun ), yang tidak menderita diabetes pada awal studi. Sebanyak 18.376 perempuan secara random diberikan tindakan intervensi dan 27.511 subyek sisanya dimasukkan dalam kelompok kontrol.
Tujuan investasi diet tersebut adalah memberikan 20% energi dari lemak, yang disertai dengan pemberian sayuran dan buah-buahan sebanyak 5 porsi atau lebih setiap hari. Baik kelompok diet maupun kelompok kontrol, tidak diberi target untuk menurunkan berat badan atau melakukan olahraga.
Pada akhir studi, insidensi diabetes dilaporkan terjadi pada 7,1% subyek kelompok intervensi dan 74% pada kelompok kontrol, dengan perbedaan yang tidak bermakna. Meskipun demikian, ditemukan adanya interaksi yang bermakna secara statistik diantara kelompok-kelompok tersebut, yang menunjukkan adanya penurunan risiko yang lebih besar jika diet lemak makin dikurangi ( p=0,004 ).
Kemaknaan diatas menghilang jika diadakan koreksi terhadap perubahan berat badan, karena itu dianggap bahwa penurunan berat badan yang mempunyai efek protektif tersebut. Sedangkan peran pola diet rendah lemak pencegahan diabetes, hanya merupakan mediator dari penurunan berat badan.
Dr. MarkN. Feinglos dan Dr. Susan E Totten dari Duke Universitiy Medical Center, Durham, North Carolina, dalam editorialnya memberikan komentar bahwa hal kritikal dalam perkembangan diabetes mellitus boleh jadi lebih disebabkan asupan kalori dan penurunan berat badan, dibanding komposisi makronutrien individual.